Berita Analisa Terkini - Pada tanggal 26 Desember 2004, wilayah Aceh dihantam tsunami besar yang menewaskan puluhan ribu orang. Wapres Jusuf Kalla mengenang beberapa penggalan peristiwa tersebut.
Dalam keterangan yang didapatkan tribunnews, Jusuf Kalla bercerita, di sela-sela bencana itu, dirinya mendapatkan tawaran menghadiri acara pernikahan saat proses tanggap bencana dilakukan.
Ternyata, undangan tersebut berasal dari relawan tsunami yang ingin menikahi anak seorang kepala desa di Ulele, Aceh.
"Saya katakan, pulang nanti kita singgah. Ada apa? Jadi pulang dari Ulele saya singgah. Ternyata ada relawan dari Makassar yang menikahi anak kepala desa situ," tutur Jusuf Kalla di sela aktivitasnya berolahraga, Selasa (26/12/2017).
Bukan cuma itu, Jusuf Kalla juga bercerita tentang dirinya mengeluarkan fatwa untuk korban tsunami yang tidak perlu disalatkan lagi karena jumlahnya mencapai puluhan ribu dan tersebar di mana-mana.
Saat itu, Jusuf Kalla menyebutkan yang meninggal adalah syahid dan tidak perlu disalatkan.
"Jadi saya kasih tahu untuk panggil ulama-ulama. Kemudian dicari, tapi tidak ada satu pun yang ketemu lantaran dia menyelamatkan diri juga," jelasnya.
Padahal, lanjut Wapres, keadaan di sana sudah sangat genting karena mayat-mayat telah mulai membusuk dan harus secepatnya dikuburkan.
Jusuf Kalla tidak kehabisan akal dan langsung mengambil inisiatif. "Saya bilang, saya tertinggi di sini dan, kedua, saya juga pernah sekolah agama. Dan menurut pendapat saya, ini syahid dan tidak perlu disalatkan dan dimandikan," tambahnya.
"Kalaupun mau disalatkan, bagaimana caranya? Azwar Abubakar minta tertulis untuk dikeluarkan fatwa," pungkas Jusuf Kalla dengan senyum. (Berita Analisa Terkini)