Berita Analisa Terkini - Hasil survei dari Global Corruption Barometer yang
menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakayat ( DPR ) merupakan lembaga terkorup di
Indonesia pada tahun 2016.
Terkait dengan hasil survey tersebut, Wakil Ketua DPR RI
Fadli Zon mengaku belum tahu apakah survei yang dilakukan hanya di dasar
pemberitaan di media masa atau melalui proses investigasi hingga ke sistem dan
mekanisme yang ada di suatu lembaga.
"Jadi kalau kita ingin mengali lebih seperti yang telah
saya katakan tadi, potensi terbesar adalah lembaga yang memiliki anggaran yang
besar yaitu di eksekutif dan bukan legislatif", kata Fadli di Komplek
Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu ( 7/3/17).
Dirinya juga menambahkan jika dilihat dari porsi anggaran,
DPR justru hanya mendapatkan sedikit porsi dan tidak sperti eksekutif.
sekalipun penggunaan anggaran oleh eksekutif juga dilakukan atas dasar dari
persetujuan DPR.
"Kami hanya ingin memberikan kepada pihak pemrintah
sebagai pengguna anggaran. kami tidak tahu lagi penggunaan anggaran pemerintah
secara detail", kata Fadli.
"Kalau kita lihat dari porsi anggaran, DPR kan yang
paling kecil sebetulnya menggunakan anggaran APBN. hanya sekitar 0.01 atau 0.02
persen dari APBN", sambungnya.
Seperti diketahui sebelumnya yang dikutip oleh Harian Kompas
edisi Rabu ( 8/3/17).berdasarkan hasil survey yang dilakukan Global Corruption
Barometer, DPR telah dijadikan lembaga paling korup di Indonesia pada tahun
2016.
Survei GCB dilakukan di 16 negara di Asia Pasifik pada Juli
2015 hingga Januari 2017 kepada 22.000 responden.
"Untuk Indonesia sendiri, setidaknya selama tiga tahun
terakhir " kata peneliti Transparency International Indonesia, Wawan Suyatmiko
saat memaparkan hasil survei GCB, Selasa ( 7/3/17 ) di Jakarta.
Hasil survei yang dilakukan itu sudah dikonfirmasi antara
lain dengan adanya sejumlah anggota DPR yang terlibat didalam kasus korupsi.
Salah satunya adalah kasus korupsi didalam pengadaan E-KTP
tahun anggaran 2011-2012 yang akan di sidangkan pada 9 Maret mendatang.(Berita Analisa Terkini)