Berita Analisa Terkini - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menghadiri simposium internasional soal kejahatan perikanan, di Wina, Austria. Dalam pidatonya, Susi mengajak seluruh peserta melanjutkan kampanye untuk menegaskan kejahatan di sektor perikanan yang merupakan transnational organized crime atau kejahatan transnasional terorganisir.
Susi mengungkapkan kejahatan transnasional di sektor perikanan adalah salah satu ancaman terbesar di lautan. Ancaman tersebut bukan hanya membuat ketahanan pangan dalam bahaya, tapi juga memberikan dampak negatif bagi ekonomi, merugikan lingkungan hidup, dan merongrong hak asasi manusia.
"Kejahatan ini bukan hanya membawa sumber daya kelautan kita, tapi juga memakai kapal penangkap ikan untuk menyelundupkan hewan-hewan langka dan untuk membawa obat-obatan terlarang dan senjata api. Kejahatan ini juga memakai industri perikanan sebagai wahana perdagangan manusia dan perbudakan. Ini menghindari pajak, menghindari kebiasaan, dan memalsukan dokumen agar tetap tidak terlihat," tutur Susi saat berpidato di Simposium Internasional tentang Kejahatan Perikanan, di Wina, Austria, Senin (25/09/2017).
Susi juga menyebutkan beberapa kasus kejahatan perikanan. Contohnya, kapal penangkap ikan FV Viking yang secara ilegal mengeksploitasi sumber daya kelautan dengan melanggar yurisdiksi dan batas-batas negara. Ada juga kasus perdagangan manusia, sebagai bagian dari operasi pencurian ikan yang berlangsung di Benjina dan Ambon, Indonesia.
Selain itu ada FV Hua Li 8, kapal penangkap ikan berbendera China, yang mencuri cumi-cumi secara ilegal di perairan Argentina. Merespons aksi kejahatan itu, Susi mengajak negara-negara di dunia mengambil tindakan tegas.
"Kejahatan perikanan transnasional terorganisir ada dimana-mana. Tidak mengenal batas dan hukum internasional. Tindakan nyata dan keras mesti dilakukan untuk menghentikan kejahatan ini," tambah Susi.
"Kita telah menyelenggarakan dua Simposium soal kejahatan perikanan transnasional terorganisir, dan ini akan menjadi simposium ketiga. Ini bukan saatnya kita membahas apa yang perlu dilakukan. Inilah saatnya kita bertindak," sebut Susi.
Sebagai informasi, simposium di Wina ini adalah yang ketiga, setelah sebelumnya digelar di Afrika Selatan 2015 dan di Indonesia pada 2016. Tujuan simposium ini untuk membangkitkan kesadaran soal kejahatan perikanan transnasional terorganisir dan menjajaki tindakan konkret memberantas kejahatan perikanan terorganisir lintas negara.
Dalam pidatonya, Susi juga mengumumkan kerjasama dengan Menteri Perikanan Norwegia, Per Sandberg, dalam membentuk International Fisheries Crime Expert Panel. Sebagai upaya mengatasi kejahatan perikanan transnasional dan menyediakan bantuan kepada negara yang mengalami kasus kejahatan itu. (Berita Analisa Terkini)