Berita Analisa Terkini - Kepolisian memaksa masuk ke tempat-tempat pemungutan suara untuk membatalkan referendum Catalonia. Bentrokan terjadi antara warga dan polisi tidak terhindarkan.
Dikutip Reuters, Senin (02/10/2017), Kepolisian anti huru-hara secara paksa meminta para pemilih untuk pergi dari tempat pemilihan. Termasuk di antaranya wanita dan orang tua.
Pejabat setempat menyatakan lebih dari 460 orang terluka dikarenakan kekerasan pihak Kepolisian. Dari pihak Polisi sendiri dilaporkan terdapat 12 orang yang mengalami luka-luka.
Perwakilan pemerintah pusat untuk Catalonia, Enric Millo, dalam sebuah konferensi pers menyebutkan apa yang dilakukan kepolisian merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
"Kami sudah dibuat untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kami lakukan," tutur Millo.
Referendum yang dinyatakan ilegal oleh pemerintah Spanyol tersebut disebutkan membuat Spanyol mengalami krisis konstitusional terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir. Referendum tersebut juga seakan memperburuk keretakan hubungan Madrid-Barcelona dalam berabad-abad.
Masih belum diketahui apa tindakan yang mesti dilakukan pemerintah Catalonia. Sejauh ini sudah banyak pemungutan suara terjadi. Sebuah hasil 'ya' mungkin saja terjadi, yang artinya Catalonia bisa menjadi negara sendiri terpisah dari Spanyol.
Referendum serupa pernah digelar tanggal November 2014 dan hasilnya dinyatakan ilegal oleh pemerintah pusat di Madrid. Saat itu hasil referendum menunjukkan mayoritas warga Catalonia mau berpisah dari Spanyol, tapi suara mereka dinyatakan 'non-representatif'. (Berita Analisa Terkini)