Berita Analisa Terkini - Masifnya serangan ransomware belakangan ini ternyata memunculkan hal positif juga. Komputer-komputer sekarang diklaim semakin kuat dan lebih susah ditembus.
Seperti diketahui, tahun 2017 ini memunculkan banyak jenis ransomware yang menyebar dengan luas, salah satunya yaitu WannaCry yang menyerang FedEx hingga Layanan Kesehatan Nasional milik United Kingdom.
Hal tersebut yang lantas membuat Europol untuk membahasnya secara rinci dalam laporan Internet Organize Crime Assesment. Laporannya menyebutkan kalau ransomware menjadi senjata utama para hacker untuk melakukan kejahatan cyber. Perusahaan-perusahaan yang terkena dampaknya pun, terutama secara finansial, mulai memperhatikan aspek keamanan komputer dan sistemnya lebih serius, sebagaimana dikutip tribunnews dari Forbes pada Selasa (3/10/2017).
Dengan hadirnya ransomware, aksi para hacker untuk mencuri data diklaim menjadi lebih gampang, terutama dalam menghasilkan uang dari serangannya, dibanding dengan pemakaian malware konvensional.
"Ransomware lebih gampang untuk diuangkan. Para hacker cuma perlu mengumpulkan bukti pembayaran tebusan, dan menukarnya dengan mata uang online, salah satunya Bitcoin, sehingga kegiatan pencucian uang berikutnya akan semakin lebih mudah," sebagaimana ditulis dalam laporan Europol.
Laporan itu juga mengindikasikan bisnis kecil dan menengah merupakan target utama bagi para hacker. Hal itu dikarenakan mereka merasa tidak perlu untuk menambah amunisi dalam melindungi sistem mereka dari serangan ransomware.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap organisasi kriminal, laporan Europol turut menulis bahwa model bisnis berhubungan dengan ransomware telah semakin canggih. Salah satu contohnya, beberapa turunan dari ransomware beroperasi sebagai program afiliasi. Nantinya, mereka akan membagi-bagi keuntungan dengan pihak-pihak yang hendak menyerang target-target mereka. (Berita Analisa Terkini)